SEJARAH
DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW (PERIODE MEKAH)
A.Sejarah nabi muhammad (periode
mekah)
Satu-satunya
rasul Allah yang diutus untuk semua ras dan golongan adalah nabi Muhammad saw.
Karena itu ajarannya sangat universal; tidak hanya tentang ibadah dan keakhiratan,
namun juga urusan-urusan duniawi yang mencakup semua sisi kehidupan manusia,
mulai dari masalah makan hingga urusan kenegaraan. Namun demikian, masih banyak
orang yang buta terhadap pribadi dan kehidupan beliau. Akibatnya, mereka
terhalang untuk melihat dan merasakan kebenaran yang dibawanya.
Kelahiran
Muhamad SAW
Nabi
Muhammad saw lahir di Makkah pada hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awwal tahun
Gajah dalam keadaan yatim.
Penamaan
tahun Gajah berkaitan dengan peristiwa pasukan Gajah yang dipimpin oleh
Abrahah, Gubernur Yaman yang ingin menghancurkan Ka’bah. Namun sebelum sampai
ke kota Makkah, mereka diserang oleh pasukan burung yang membawa batu-batu
kerikil panas (lihat QS Al-Fil: 1-5).
Kelahiran
Nabi Muhammad Saw bertepatan dengan tanggal 20 April 571 Masehi
Sekitar
tahun 570 M, Mekah adalah sebuah kota yang sangat penting dan terkenal di
antara kota-kota di negeri Arab, baik karena tradisinya ataupun karena
letaknya. Kota ini dilalui jalur perdagangan yang ramai menghubungkan Yaman di
Selatan dan Syiria di Utara. Dengan adanya Ka’bah di tengah kota, Mekah menjadi
pusat keagamaan Arab. Di dalamnya terdapat 360 berhala, mengelilingi berhala
utama, Hubal. Mekah kelihatan makmur dan kuat. Agama dan
masyarakat Arab pada masa itu mencerminkan realitas kesukuan masyarakat jazirah
Arab dengan luas satu juta mil persegi.
Nabi
Muhammad dilahirkan dalam keluarga bani Hasyim di Mekah pada hari senin,
tanggal 9 Rabi’ul Awwal, pada permulaan tahun dari Peristiwa Gajah.
Maka tahun itu dikenal dengan Tahun Gajah. Dinamakan demikian karena pada tahun
itu pasukan Abrahah, gubernur kerajaan Habsyi (Ethiopia), dengan menunggang
gajah menyerang Kota Mekah untuk menghancurkan Ka’bah. Bertepatan dengan
tanggal 20 atau 22 bulan April tahun 571 M. Ini berdasarkan penelitian ulama
terkenal, Muhammad Sulaiman Al-manshurfury dan peneliti astronomi, Mahmud
Pasha.
Nabi
Muhammad adalah anggota bani Hasyim, suatu kabilah yang kurang berkuasa dalam
suku Quraisy. Kabilah ini memegang jabatan siqayah. Nabi
Muhammad lahir dari keluarga terhormat yang relatif miskin. Ayahnya bernama
Abdullah anak Abdul Muthalib, seorang kepala suku Quraisy yang besar
pengaruhnya. Ibunya adalah Aminah binti Wahab dari bani Zuhrah. Muhammad SAW.
Nabi terakhir ini dilahirkan dalam keadaan yatim karena ayahnya meninggal dunia
tiga bulan setelah dia menikahi Aminah.
Ramalan
tentang kedatangan atau kelahiran Nabi Muhammad dapat ditemukan dalam
kitab-kitab suci terdahulu. Al-Qur’an dengan tegas menyatakan bahwa kelahiran
Nabi Muhammad SAW telah diramalkan oleh setiap dan semua nabi terdahulu, yang
melalui mereka perjanjian telah dibuat dengan umat mereka masing-masing bahwa
mereka harus menerima atas kerasulan Muhammad SAW nanti.
Seperti
dalam Qs. Ali ‘Imran ayat 81
“Dan
(ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: “Sungguh, apa
saja yang Aku berikan kepadamu berupa Kitab dan hikmah Kemudian datang kepadamu
seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan
sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya”. Allah berfirman: “Apakah
kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?” mereka
menjawab: “Kami mengakui”. Allah berfirman: “Kalau begitu saksikanlah (hai para
Nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu.
- Masa Menyusui
Nabi
Muhammad saw pertama kalinya disusui oleh ibunya Aminah dan Tsuwaibatul
Aslamiyah. Namun itu hanya beberapa hari. Selanjutnya beliau disusui oleh
Halimah As-Sa’diyah di perkampungan bani Sa’ad.
Nabi
Muhammad saw tinggal bersama keluarga Halimah selama kurang lebih empat tahun.
Di akhir masa pengasuhan keluarga Halimah ini terjadi pembedahan nabi Muhammad
saw.
Masa
Kanak-kanak Rosullallah
Tidak lama
setelah kelahirannya, bayi Muhammad SAW diserahkan kepada Tsuwaibah, budak
perempuan pamannya, Abu Lahab, yang pernah menyusui Hamzah. Meskipun diasuh
olehnya hanya beberapa hari, nabi tetep menyimpan rasa kekeluargaan yang
mendalam dan selalu menghormatinya. Nabi SAW selanjutnya dipercayakan kepada
Halimah, seorang wanita badui dari Suku Bani Sa’ad. Bayi tersebut diasuhnya
dengan hati-hati dan penuh kasih sayang, dan tumbuh menjadi anak yang sehat dan
kekar. Pada usia lima tahun, nabi dikembalikan Halimah kepada tanggungjawab
ibunya.
Sejumlah
hadis menceritakan bahwa kehidupan Halimah dan keluarganya banyak dianugrahi
nasib baik terus-menerus ketika Muhammad SAW kecil hidup dibawah asuhannya.
Halimah menyayangi baginda rasul seperti menyayangi anak sendiri, penuh kasih
saying dan cinta, namun karena banyak kejadian yang luar biasa sehingga takut
akan terjadi hal-hal yang tidak baik sehingga dikembalikanlah Rasul SAW Kepada
keluarga beliau.
Muhammad SAW
kira-kira berusia enam tahun, dimana tatkala asik bermain-main dengan
teman-teman beliau, teman-teman beliau gembira saat ayah-ayah mereka pulang,
namun Rasulullah pulang dengan tangisan menemui ibunda beliau, seraya berkata
wahai ibunda mana ayah? ibunda beliau terharu tampa jawaban yang pasti,
sehingga dalam ketidakmampuan atas jawaban tersebut, hingga suatu ketika ibunda
beliau mengajak baginda Nabi SAW pergi kekota tempat ayah beliau dimakamkan.
Sekembalinya
dari pencarian Makan suami tercinta ibu Rasul tercinta jatuh sakit dan
meninggal dalam perjalanan pulang, dengan duka cita yang mendalam dan pulang
bersama seorang pembantu nabi.
Sekembalinya
pulang sebagai anak yatim piatu maka beliau diasuh oleh kakeknya, Abdul
muthalib. Namun dua tahun kemudian, kakeknyapun yang berumur 82 tahun, juga
meninggal dunia. Maka pada usia delapan tahun itu, nabi ada di bawah tanggung
jawab pamannya abi thalib.
PadaUsia 8
tahun, seperti kebanyakan anak muda seumurannya, nabi memelihara kambing di
mekkah dan mengembalakan di bukit dan lembah sekitarnya. Pekerjaan pengembala
sekawanan domba ini cocok bagi perangai orang yang bijaksana dan perenung
seperti Muhammad SAW muda, ketika beliau memperhatikan segerombolan domba,
perhatiannya akan tergerak oleh tanda-tanda kekuatan gaib yang tersebar di
sekelilingnya.
- Masa Remaja
Diriwayatkan
bahwa ketika berusia dua belas tahun, Muhammad SAW menyertai pamannya, Abu
Thalib, dalam berdagang menuju Suriah, tempat kemudian beliau berjumpa dengan
seorang pendeta, yang dalam berbagai riwayat disebutkan bernama Bahira.
Meskipun beliau merupakan satu-satunya nabi dalam sejarah yang kisah hidupnya
dikenal luas, masa-masa awal kehidupan Muhammad SAW tidak banyak diketahui.
Muhammad
SAW, besar bersama kehidupan suku Quraisy Mekah, dan hari-hari yang dilaluinya
penuh dengan pengalaman yang sangat berharga. Dengan kelembutan, kehalusan budi
dan kejujuran beliau maka orang Quraisy Mekkah memberi gelar kepada beliau
dengan Al-Amin yang artinya orang yang dapat dipercaya.
Pada usia 30
tahunan, Muhammad SAW sebagai tanda kecerdasan dan bijaksanya beliau, Nabi SAW
mampu mendamaikan perselisihan kecil yang muncul di tengah-tengah suku Quraisy
yang sedang melakukan renovasi Ka’bah.
Mereka
mempersoalkan siapa yang paling berhak menempatkan posisi Hajar Aswad di
Ka’bah.
Beliau
membagi tugas kepada mereka dengan teknik dan strategi yang sangat adil dan
melegakan hati mereka
Pernikahan
Nabi Muhammad Saw
Pada masa
mudanya, beliau telah menjadi pengusaha sukses dan hidup berkecukupan dari
hasil usahanya . Pada usia yang ke-25 tahun, Muhammad saw menikah dengan
Khadijah binti Khuwailid, seorang janda kaya berusia 40 tahun. Pernikahan ini
diawali dengan lamaran Khadijah kepada Muhammad saw setelah melihat dan
mendengar kelebihan-kelebihan dan akhlaknya.
Isteri-isteri
Rasulullah Muhammad Saw
Adapun
Isteri-isteri Muhammad SAW berjumlah 11 Orang, Yaitu :
- Khadijah binti Khuwailid
- Saudah binti Jam’ah
- Aisyah Binti Abu Bakar ra
- Hafshah binti Umar ra
- Hindun Ummu Salamah binti Abu Umayyah
- Ramlah Ummu Habibah binti Abu Sofyan
- Zainab binti jahsyin
- Zainab binti Khuzaimah
- Maimunah binti Al-Harts Al-Haliyah
- Juwairiyah binti Al-Haarits
- Sofiyah binti Huyay
Nabi
Muhammad menikahi mereka semua setelah Khadijah meninggal dunia. Dan mereka
semua beliau nikahi dalam keadaan janda, kecuali Aisyah ra.
Jika dilihat
dari faktor tiap pernikahan beliau, semuanya mempunyai hubungan yang kuat
dengan dakwah dan ajaran Islam yang dibawanya.
Dari 11
isteri Nabi SAW ini yang wafat saat Nabi SAW masih hidup adalah 2 orang yaitu
Khadijah dan Zainab binti Khuzaimah, sedangkan isteri Nabi yang 9 orang masih
hidup saat Nabi SAW Wafat. Istri Nabi SAW yang tersebut disebut dengan Ummul
Mu’minin artinya ibu orang-orang beriman. Mereka banyak menolong penyebaran
agama islam di kalangan kaum ibu.
Nabi
Muhammad SAW mempunyai 7 orang anak, 3 laki-laki dan 4 perempuan yaitu :
- Qasim
- Abdullah
- Zainab
- Fatimah
- Ummu Kalsum
- Rukayyah
- Ibrahim
Ibu
anak-anak Nabi SAW itu semuanya dari isteri nabi Khadijah, kecuali Ibrahim,
yang ibu mariyatul qibtiyyah ( seorang hamba perempuan yang dihadiahkan oleh
seorang pembesar mesir kepada Nabi SAW, anak-anak Nabi SAW tersebut Wafat pada
saat Nabi SAW masih hidup, kecuali Fatimah yang wafat beberapa bulan setelah Nabi
SAW wafat.
Diriwayatkan
tatkala Nabi SAW akan wafat beliau membisikkan kepada Fatimah ra, bahwa beliau
akan berpulang ke hadirat Allah, dan mendengar itu Fatimah menangis dengan
sedih, dan beberapa saat setelah itu Nabi SAW membisikan lagi sesuatu kepada
Fatimah ra, mendengar bisikan yang kedua ini Fatimah ra tersenyum, ternyata
bisikan bahwa dikabarkan bahwa setelah Nabi SAW wafat tidak ada orang yang
pertama meninggal kecuali Fatimah ra, sungguh mulia Fatimah tersenyum walau
mendengar kabar yang tentang wafat nya diri beliau, tapi semua tertutup karena
cinta yang mendalam kepada sang ayah tercinta.
Nama dan Gelar Nabi Muhammad SawDi dalam HR Bukhari dan Muslim disebutkan nama dan gelar Nabi Muhammad SAW, antara lain :
– Ahmad
– Al-Mahi
– Al-Hasyir
– Al-‘Aqib
– Muqaffi
– Nabiyyuttaubah
– Nabiyyurrahmah.
B. Cara dakwah nabi muhammad
1. Dakwah sembunyi sembunyi
Rasulullah
saw mendakwakan
agama Allah dengan dua cara, yaitu: fase pertama secara sembunyi-sembunyi dan
fase kedua dengan cara terang-terangan. Kali ini islamnyamuslim akan membahas
dakwah Rasulullah saw secara sembunyi-sembunyi.
Rasulullah saw menjadikan kota Makkah sebagai tolak ukur untuk memulai aktifitasnya. Pada awalnya, Rasulullah saw melakukan metode dakwah sirriyah (sembunyi-sembunyi), berlangsung selama tiga tahun pertama beliau memulai dakwanya. Hal tersebut mengingat keadaan Rasulullah saw yang masih lemah dan belum memiliki pengikut, meskipun ia berasal dari keluarga yang memiliki latar belakang yang disegani dan dihormati.
Lapisan yang paling pertama beliah seru tentu saja keluarga dan kenalan dekat beliau. Itu pun hanya mereka yang memperlihatkan tanda-tanda kebaikan yang ada pada dirinya.
Usaha beliau tidak sia-sia. Pada hari-hari pertama beliau berdakwah telah terkumpul sejumlah orang yang menerima dakwah dengan penuh keyakinan dan penghormatan terhadap Rasulullah saw. Merekalah dalam secara yang terkenal sebagai as-Saabiquunal Awwalun (Generasi Pertama yang Menerima Islam)
Orang terdepan dari kelompok ini ialah istri Rasulullah saw sendiri; Ummul Mu`minun; Khadijah binti Khuwailid, kemudian budaknya: Zaid bin Haritsah, lalu sepupunya; Ali bin Abi Thalib yang saat itu masih belia dan diasuh oleh Nabi Muhammad saw.Advertisement
Rasulullah saw menjadikan kota Makkah sebagai tolak ukur untuk memulai aktifitasnya. Pada awalnya, Rasulullah saw melakukan metode dakwah sirriyah (sembunyi-sembunyi), berlangsung selama tiga tahun pertama beliau memulai dakwanya. Hal tersebut mengingat keadaan Rasulullah saw yang masih lemah dan belum memiliki pengikut, meskipun ia berasal dari keluarga yang memiliki latar belakang yang disegani dan dihormati.
Lapisan yang paling pertama beliah seru tentu saja keluarga dan kenalan dekat beliau. Itu pun hanya mereka yang memperlihatkan tanda-tanda kebaikan yang ada pada dirinya.
Usaha beliau tidak sia-sia. Pada hari-hari pertama beliau berdakwah telah terkumpul sejumlah orang yang menerima dakwah dengan penuh keyakinan dan penghormatan terhadap Rasulullah saw. Merekalah dalam secara yang terkenal sebagai as-Saabiquunal Awwalun (Generasi Pertama yang Menerima Islam)
Orang terdepan dari kelompok ini ialah istri Rasulullah saw sendiri; Ummul Mu`minun; Khadijah binti Khuwailid, kemudian budaknya: Zaid bin Haritsah, lalu sepupunya; Ali bin Abi Thalib yang saat itu masih belia dan diasuh oleh Nabi Muhammad saw.Advertisement
Kemudia sahabat dekat beliau,
Abu Bakar as-Shiddiq.
Abu Bakar as-Shiddiq R.A setelah masuk islam turut serta berdakwah. Berkat usaha dan posisinya sebagai orang terhormat dalam kaum Quraisy, dakwanya cepat memberikan hasil baik.
Tak berapa lama kemudian, tercatatlah sejumlah orang yang masuk islam berkat dakwah beliau, di antaranya: Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa`ad bin Abi Waqqas, Thalhah bin Ubaidillah. Mereka juga termasuk generasi pertama dan kalangan yang banyak berperan dalam dakwah Rasulullah saw.
Kemudian satu persatu masyarakat Quraisy masuk islam, seperti Bilal bin Rabah, Abu Ubaidah Amir bin Jarrah, Abu Salamah bin Abd al-Asad, Arqam bin Abi Arqam, Utsman bin Madz`un, Fatimah binti Khatthab, Khabbab bin` Art, Abudullah bin Mas’ud dan lainnya.
Mereka semua masuk islam secara sembunyi-sembunyi, karena Rasulullah saw menyampaikan dakwanya secara individu dan rahasia.
Sementara itu wahyu terus diturunkan, umumnya pendek-pendek, namun memiliki tekanan kuat untuk membersihkan hati dari berbagai kotoran duniawi, sangat sesuai dengan kondisi saat itu yang membutuhkan kelembutan hati dan jiwa. Wahyu yang turun saat itu banyak menggambarkan tentang keadaan syurga dan neraka. Sehingga muncul kerinduan terhadap syurga dan ketakutan terhadap neraka.
Lama kelamaan muncullah keteguhan hati yang kuat di antara mereka yang melahirkan Ukhuwwah dan tolong menolong. Ibadah saat itu yang sudah mereka lakukan ialah shalat. Namun, karena pada waktu itu belum ada perintah shalat lima waktu, mereka hanya shalat dua rakaat setiap pagi dan petang. Hal ini sesuai dengan perintah Allah swt yang tertuang dalam al-Qur an surat al-Mu`minun: 55.
Abu Bakar as-Shiddiq R.A setelah masuk islam turut serta berdakwah. Berkat usaha dan posisinya sebagai orang terhormat dalam kaum Quraisy, dakwanya cepat memberikan hasil baik.
Tak berapa lama kemudian, tercatatlah sejumlah orang yang masuk islam berkat dakwah beliau, di antaranya: Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa`ad bin Abi Waqqas, Thalhah bin Ubaidillah. Mereka juga termasuk generasi pertama dan kalangan yang banyak berperan dalam dakwah Rasulullah saw.
Kemudian satu persatu masyarakat Quraisy masuk islam, seperti Bilal bin Rabah, Abu Ubaidah Amir bin Jarrah, Abu Salamah bin Abd al-Asad, Arqam bin Abi Arqam, Utsman bin Madz`un, Fatimah binti Khatthab, Khabbab bin` Art, Abudullah bin Mas’ud dan lainnya.
Mereka semua masuk islam secara sembunyi-sembunyi, karena Rasulullah saw menyampaikan dakwanya secara individu dan rahasia.
Sementara itu wahyu terus diturunkan, umumnya pendek-pendek, namun memiliki tekanan kuat untuk membersihkan hati dari berbagai kotoran duniawi, sangat sesuai dengan kondisi saat itu yang membutuhkan kelembutan hati dan jiwa. Wahyu yang turun saat itu banyak menggambarkan tentang keadaan syurga dan neraka. Sehingga muncul kerinduan terhadap syurga dan ketakutan terhadap neraka.
Lama kelamaan muncullah keteguhan hati yang kuat di antara mereka yang melahirkan Ukhuwwah dan tolong menolong. Ibadah saat itu yang sudah mereka lakukan ialah shalat. Namun, karena pada waktu itu belum ada perintah shalat lima waktu, mereka hanya shalat dua rakaat setiap pagi dan petang. Hal ini sesuai dengan perintah Allah swt yang tertuang dalam al-Qur an surat al-Mu`minun: 55.
نَ أَنَّما نُمِدُّهُمْ بِهِ مِنْ مالٍ وَ بَنينَ َ
Artinya:” Apakah mereka menyangka
bahwa apa yang Kami ulurkan kepada mereka, baik harta
atau pun anak keturunan.
atau pun anak keturunan.
2.
Dakwah terang terangan
Setelah tiga tahun berlalu, dan melakukan dakwah
secara sembunyi-sembunyi, maka Rasulullah ingin menyebarkan/ menyampaikan
secara terang-terangan. Sebelum Rasulullah berdakwah secara terang-terangan,
Rasulullah menjamu makan malam sederhana kepada kaum Bani Hasyim (keluarga
besar Rasulullah). Dalam acara tersebut Rasulullah mengajak kabilah Bani Hasyim
untuk mengikuti langkah atau ajaran Islam. Hasil yang didapatkan adalah mereka
tidak menggubris ajakan Rasulullah, bahkan meninggalkan tempat jamuan sebelum
acara tersebut berakhir.
Di lain waktu, acara jamuan tersebut diadakan
kembali. Kali ini para tamu undangan mulai mendengarkan perkataan Rasulullah.
Namun, tak satupun dari mereka yang meresponnya secara positif. Hal tersebut
tidak membuat Rasulullah dan para sahabatnya patah arah, tetapi membuat
Rasulullah dan para sahabatnya semangat dan dakwahnya semakin diperlebar.
Hingga suatu ketika Rasulullah mengadakan pidato terbuka di bukit Sofa. Pidato
tersebut berisi perihal kerasulannya. Rasulullah memanggil seluruh penduduk
Makkah dan mengabarkan kepada mereka bahwa dirinya diutus untuk mengajak mereka
meninggalkan “Paganisme” (Penyembahan terhadap berhala). Beliau menjelaskan
bahwa Tuhan yang wajib disembah hanyalah Allah. Mendengar hal tersebut
masyarakat Quraisy tersentak kaget, mereka sangat marah karena hal tersebut dan
menghina tradisi nenek moyang dan kehormatan mereka. Para pembesar Quraisy
membentak dan memaki Rasulullah dengan keras. Mereka menganggap bahwa Muhammad
adalah orang gila. Bahkan pamannya sendiri Abu Lahal pun mengancam Rasulullah
dengan keras.
Seiring berjalannya waktu, dakwah secara
terang-terangan terus dilakukan.
Bersamaan dengan itu pula, perlawanan dari
kalangan pembesar Quraisy seperti Abu Sofyan, Abu Lahab, Ummayah, dan Utbah bin
Rabi’ah semakin gencar. Para penentang tersebut mulai melancarkan aksi
permusuhan kepada Rasulullah dan para sahabat. Para pengikut yang berasal dari
kalangan lemah dan tertindas sering mendapatkan siksaan yang berat. Mereka
tidak lagi memandang bahwa Muhammad adalah anggota kabilah Bani Hasyim, hanya
saja tekanan-tekanan terhadap Rasulullah tidak mereka lakukan secara langsung,
karena mereka masih menghargai Abu Thalib dan para anggota Bani Hasyim lainnya.
Setelah mendapatkan siksaan yang bertubi-tubi
dari kaum Bani Hasyim, maka kaum muslimin hijrah ke Abesinia (Ethiopia). Hijrah
kaum muslim tersebut terbagi menjadi dua gelombang. Gelombang pertama berjumlah
11 orang pria dan 4 wanita. Mereka kembali ke Makkah justru Quraisy menyiksa
kaum muslimin lagi. Ternyata sesampainya di Makkah justru Quraisy menyiksa kaum
muslimin lebih kejam dari yang sebelumnya.
Oleh karena itu, maka kaum muslimin berhijrah
kembali untuk yang kedua kalinya ke abesinia dengan rombongan yang lebih besar,
yakni orang pria tanpa wanita. Mayoritas penduduk Abesinia beragam nasrani
(kristen) dan dipimpin oleh Raja Najasi Negus. Para masyarakat Abesinia
menghormati kaum muslim untuk tinggal di sana sampai setelah Nabi hijrah ke
Madinah.
Dalil yg menjelaskannya adalah:
1.
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ
مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللَّهُ
يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ
Artinya : “Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu.
Jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak
menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia” (QS.
Al Maidah ; 67)
2. فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ وَانْتَظِرْ
إِنَّهُمْ مُنْتَظِرُونَ
“Maka
berpalinglah kamu dari mereka dan tunggulah, sesungguhnya mereka
(juga)menunggu” (QS. As-Sajdah ; 30), dan firman-Nya
فَأَعْرِضْ عَنْ مَنْ تَوَلَّى عَنْ ذِكْرِنَا وَلَمْ
يُرِدْ إِلا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا
“Maka
berpalinglah (Hai Muhammad) dari orang-orang yang berpaling dari peringatan
Kami dan tidak mengingini kecuali kehidupan dunia” (QS. An-Najm
; 29), dan masih banyak lagi ayat-ayat lainnya.[4]
C.
Orang orang yg
pertama kali masuk islam
As-Sabiqun al-Awwalun (Arab: السَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ) adalah orang-orang
terdahulu yang pertama kali masuk/ memeluk Islam. Mereka adalah
dari golongan kaum Muhajirin dan Anshar,[1]
mereka semua sewaktu masuk Islam berada di kota Mekkah, sekitar
tahun 610 Masehi pada
abad ke-7.[2]
Pada masa penyebaran Islam awal, para sahabat
nabi di mana jumlahnya sangat sedikit dan golongan as-sabiqun al-awwalun
yang rata-ratanya adalah orang miskin dan lemah.
Yang
termasuk as-sabiqun al-awwalun adalah sebagai berikut:
Khadijah,
Zaid bin Haritsah, Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar Al-Shiddiq, Ummu Aiman, dan
Bilal bin Rabah, merekalah orang yang pertama kalinya mengucap kalimat dua syahadat, lalu menyebar ke yang lainnya.
Kesemuanya berasal dari kabilah Quraisy, kecuali Bilal bin Rabah.
Daftar di
atas tersebut, tidaklah sesuai dengan kronologis urutan sejarah aslinya, dikarenakan penyebaran
Islam ini awalnya secara rahasia, maka terlalu sulit untuk mencari siapa saja
yang terlebih dahulu memeluk Islam, setelah lima besar pemeluk Islam.
Hadist yg menjelaskannya adalah: Imam Bukhari di dalam kitab shahihnya telah meriwayatkan sebuah hadits dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'Anhu, dari Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam bahwa beliau berkata:
"Ditampakkan beberapa umat kepadaku, maka ada seorang nabi atau dua orang nabi yang berjalan dengan diikuti oleh antara 3-9 orang. Ada pula seorang nabi yang tidak punya pengikut seorangpun, sampai ditampakkan kepadaku sejumlah besar. Aku pun bertanya apakah ini? Apakah ini ummatku? Maka ada yang menjawab: 'Ini adalah Musa dan kaumnya,' lalu dikatakan, 'Perhatikanlah ke ufuk.' Maka tiba-tiba ada sejumlah besar manusia memenuhi ufuk kemudian dikatakan kepadaku, 'Lihatlah ke sana dan ke sana di ufuk langit.' Maka tiba-tiba ada sejumlah orang telah memenuhi ufuk. Ada yang berkata, 'Inilah ummatmu, di antara mereka akan ada yang akan masuk surga tanpa hisab sejumlah 70.000 orang. Kemudian Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam masuk tanpa menjelaskan hal itu kepada para shahabat. Maka para shahabat pun membicarakan tentang 70.000 orang itu. Mereka berkata, 'Kita orang-orang yang beriman kepada Allah dan mengikuti rasul-Nya maka kitalah mereka itu atau anak-anak kita yang dilahirkan dalam Islam, sedangkan kita dilahirkan di masa jahiliyah.' Maka sampailah hal itu kepada Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam, lalu beliau keluar dan berkata, 'mereka adalah orang yang tidak minta diruqyah (dimanterai), tidak meramal nasib dan tidak mita di-kai, dan hanya kepada Allahlah mereka bertawakkal." [HR. Bukhari 8270]
D.
Misi dkwah nabi
muhammad saw
Nabi Muhammad saw adalah Rasul pilihan pembawa risalah
Islam, beliau adalah khotamul anbiya’ wal mursalin di muka bumi. Rasulullah saw
memiliki pribadi yang mulia dan akhlak yang terpuji. Oleh karena itulah beliau
merupakan uswatun hasanah bagi umat manusia.
A. Misi Nabi Muhammad saw untuk Membangun
Manusia Mulia
Pada tanggal 17 Ramadhan/ 6 Agustus 611, datanglah
malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad yang sedang berkhalwat di gua Hira.
Malaikat Jibril membawa wahyu Allah swt yang pertama yaitu Q.S. Al Alaq ayat
1-5
Artinya; “ (1). Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, (2). Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah.(3). Bacalah,
dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,(4). Yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, (5). Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Q.S.: (Al Alaq [96]: 1-5)
Ayat ini menandai pengangkatan Muhammad sebagai
Rasul Allah. Setelah menerima risalah kenabian, Nabi Muhammad mulai mengajarkan
ajaran Islam di tengah-tengah kesesatan masyarakat Arab jahiliyah.
Nabi berdakwah dalam masyarakat yang tidak beradab
diliputi kebodohan (jahiliyah) sebab dalam masyarakat itu tidak mengenal aturan
yang mencerminkan keluhuran budi pekerti atau ajaran yang merfleksikan
perlindungan terhadap kemanusiaan. Sebaliknya, yang berlaku adalah hukum dan
budaya layaknya orang primitif. Masyarakat jahiliah pada masa itu mengukur
kemuliaan manusia dengan melihat sejauhmana kekuatan dan kekayaan meskipun
keduanya didapat dengan cara yang dhalim dan tidak manusiawi tetapi kemudian
Islam datang dan Nabi Muhammad secara perlahan memberi pengertian dan
memperbaiki akhlaq mereka sebagaimana sabda beliau:
E. اِنِّمَا بُعِثْتُ
لاُتمِّمَ مَكاَرِمَ الاخْلاق
Artinya: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk
memperbaiki akhlak manusia”.
Nabi memberi contoh bagaimana cara berbicara,
bertindak dan berfikir. Nabi juga memberi contoh bagaimana cara bergaul yang
baik, bagaimana cara berdagang yang benar dan bagaimana seharusnya
bermasyarakat.
Nabi Muhammad sebagai pembawa risalah ajaran
Islam telah merubah visi dan adat orang Arab menuju ketauhidan, kemanusiaan dan
keluhuran akhlak mulia. Di antara keberhasilan Nabi adalah merubah perilaku
orang jahiliyah menjadi orang beradab, diantaranya ialah budaya
menyudutkan wanita. Kemudian Nabi mengangkat derajat wanita dengan mengatakan
bahwa laki-laki mempunyai kewajiban untuk melindungi. Begitu juga Islam telah
menghilangkan kebiasaan membunuh anak perempuan karena dianggap tidak mempunyai
masa depan.
Lambat laun keadaan masyarakat Arab berubah total
menjadi masyarakat yang memiliki ketinggian akhlak, maka bangsa Arab yang
semula terbelakang menjadi sebuah kekuatan baru sehingga dapat mengalahkan
kekuatan Romawi dan Persi.
B. Misi Nabi Muhammad sebagai pembawa
Kedamaian
Islam adalah agama yang sangat menganjurkan agar hidup
penuh dengan kedamaian, oleh karena itu Islam memberi ketentuan yang
jelas sekiranya terjadi pertentangan antara individu, masyarakat atau dunia
secara keseluruhan. Dalam menghadapi pertentangan Islam memberi alternatif yang
tepat dan berkesan, ialah dengan cara berdamai, firman Allah di dalam al
Qur’an surat Al Anfal ayat 61
Artinya: “Dan jika
mereka condong kepada perdamaian, Maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah
kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” Q.S. : (Al Anfal [8]: 61)
Atas dasar firman Allah di atas jelaslah bahwa
perdamaian adalah cara yang baik dan diajarkan Islam.Islam adalah agama cinta
damai. Oleh karena itu pandangan yang menyatakan Islam adalah agama yang suka
perang dan umatnya sebagai teroris adalah pandangan yang tidak mendasar.
Nabi pada saat haji Wada’ berwasiat dua hal yaitu agar
umat Islam memberi makan orang miskin, ini menunjukkan bahwa Nabi mengajarkan
bahwa tugas utama umat Islam adalah menciptakan kesejahteraan, sehingga
kenutuhan lahiriah seperti pakaian, rumah dan makanan akan terpenuhi. Kedua
Nabi berpesan agar umat Islam menebar salam perdamaian. Ini bertujuan agar umat
Islam senantiasa menebarkan perdamaian di muka bumi.
Dapat dikatakan bahwa akhlak Islam adalah
perdamaian. Untuk itu Nabi mengajarkan kepada kita untuk
menghidupkan persaudaraan atau silaturrahmi. Oleh karena itu umat Islam
hakekatnya adalah umat yang dapat menjalin persaudaraan, ia harus pandai
bergaul, mencari kawan dan berkomunikasi dengan semua orang. Sebab dalam
pandangan Islam semua manusia itu sama.
Untuk memperbanyak persahabatan dan menjalin
persaudaraan maka Nabi mengajarkan beberapa sifat antara lain:
1. Saling
menghormati
Sikap menghormati sangat penting dalam menjalin
persaudaraan, sebab akan melahirkan penghormatan pula. Dikisahkan pada suatu
hari Nabi Muhammad saw mengadakan majelis, majelis tersebut ramai didatangi
sahabat, tiba-tiba ada salah seorang sahabat nabi terlambat datang, sahabat
tersebut tidak mendapat tempat duduk, karena semua tempat telah terisi, melihat
keadaan tersebut Nabi menyerahkan sorbannya kepada sahabat yang terlambat
datang untuk dijadikan alas duduk.
2. Bersedia
memberi bantuan
Jika ingin menjalin persaudaraan, maka kita harus
bersedia memberi bantuan, orang yang bersedia memberi bantuan maka akan
dijadikan sebagai sahabat bagi orang yang mendapat bantuan.Adapun bantuan itu
tergantung keperluannya, dapat berupa tenaga, pikiran maupun harta benda. Nabi
bersabda, “ Orang yang dermawan (bersedia menolong orang lain) itu
akan dekat dengan Allah, dekat dengan manusia, sedangkan orang yang bakhil, ia
akan jauh dengan Allah dan dekat dengan neraka.”
3. Menebarkan
kasih sayang.
Islam yang disebarkan nabi Muhammad saw adalah agama
yang membawa rahmat bagi seluruh alam. Oleh karena itu Nabi mengajarkan kepada
seluruh umat manusia untuk bersikap lemah lembut dan mengasih semua makhluk,
bahkan Nabi bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang menyakitinya.
Sifat kasih sayang dapat memberikan dampak yang luar
biasa, kasih sayang dapat menggetarkan hati yang keras, meruntuhkan keangkuhan
dan kesombongan.
Nabi berhasil menundukkan orang kafir Quraisy bukan
dengan harta, kekuatan atau kekerasan, namun Nabi berhasil mengubah keyakinan
dan perilaku jahiliyah mereka dengan rasa kasih sayang. Rasa kasih sayang
itulah yang senantiasa beliau tunjukkan terhadap keluarga, sahabat, umat dan
musuh-musuhnya.
Dengan demikian maka jelaslah bahwa Nabi
Muhammad saw merupakan sumber rahmat kepada kehidupan seluruh umat manusia
untuk menuju pada terwujudnya keadaan cinta damai di permukaan bumi ini.
Sebagai umat Nabi Muhammad hendaknya kita menyadari bahwaNabi adalah pembawa
ajaran yang penuh nuansa perdamaian. Dengan bekal kedamaian maka akan terbentuk
umat Islam yang maju dan sejahtera.
C. Perjuangan Nabi Muhammad saw dan Para Sahabat dalam
Menghadapi Masyarakat Mekah
Pada awalnya, perjuangan dakwah Nabi di Makkah
dilakukan secara sembunyi-sembunyi mengingat jumlah pemeluk Islam masih
sedikit. Setelah berangsur-angsur jumlah pemeluk Islam bertambah, dakwah
dilakukan secara terang-terangan. Rasulullah bersama para sahabat menyampaikan
risalah Islam kepada masyarakat Makkah, sebagian di antara mereka mengikuti
jejak Nabi dan para shahabatnya memeluk Islam, namun sebagian lain mengambil
jalan menentang perjuangan Nabi.
Berikut ini adalah perjuangan Nabi dan para sahabat
mengahadapi masyarakat Mekah ketika Nabi Muhammad belum melakukan hijrah maupun
setelah hijrah ke Madinah.
1. Perjuangan
Nabi Muhammad menghadapi masyarakat Mekah sebelum Hijrah
Semakin lama, dakwah Rasulullah
semakin hebat. Melihat gerakan Islam yang bertambah berani dan mendengar
berhala-berhala pujaan mereka dihina maka bangkitlah kemarahan kaum
Quraisy. Mulailah mereka melancarkan permusuhan kepada nabi Muhammad dan
pengikut-pengikutnya. Para pemimpin Quraisy semakin membenci nabi karena banyak
tokoh Quraisy yang mengikuti ajaran Islam. Mereka berusaha keras menghentikan
dakwah nabi dengan berbagai cara sehingga Nabi dan pengikutnya semakin
mengalami rintangan, kesulitan dan penderitaan yang hebat. Para pemimpin
Quraisy menghalangi dakwah Nabi dengan berbagai cara antara lain:
a. Mengejar dan
menganiaya Nabi serta pengikutnya.
b. Menyiksa dan
membunuh pengikut Nabi
c. Memboikot
perdagangan dan pergaulan.
d. Membujuk
Nabi dengan harta, tahta dan wanita.
Sekalipun tekanan dan rintangan
semakin sering dilancarkan kaum Quraisy , namun dengan keteguhan iman,
ketabahan hati dan keluhuran budi, Nabi Muhammad dan umat Islam tidak
pernah goyah.Sehingga pada puncaknya orang Quraisy memutuskan untuk membunuh
Nabi dan menganiaya sahabat-sahabatnya. Untuk melindungi para pengikutnya, Nabi
memerintahkan sebagian orang Islam berhijrah ke negeri lain. Kemudian merekapun
hijrah ke Madinah.
2. Perjuangan
Nabi Muhammad menghadapi masyarakat Mekah setelah hijrah ke Madinah.
Ancaman kaum Quraisy untuk membunuh
Nabi Muhammad tidak main-main. Mereka mengepung rumah Nabi dengan pasukan yang
amat banyak, namun beliau berhasil menyelamatkan diri.
Rasulullah bersembunyi di gua Tsur
selama tiga malam dengan ditemani oleh Abu Bakar kemudian melakukan
perjalanan hijrah. Pada hari Jumat 12 Rabiul Awwal/24 September 622 M Nabi dan
kaum Muhajirin (orang-orang yang hijrah) tiba di Yasrib(Madinah) dan disambut
gembira masyarakat Madinah yang disebut sebagai kaum Anshar(penolong).
Ketika di Madinah Nabi berjuang
membebaskan kota Mekah dari tangan kaum Quraisy. Ketika melakukan perjalanan ke
Mekah, pasukan Islam menangkap 3 orang Quraisy diantaranya adalah Abu Sufyan,
kemudian Abu Sufyan menyatakan diri masuk Islam. Nabi mengabulkan permintaan
Abu Sufyan untuk kembali ke Mekah.
Selanjutnya Nabi mengatur pasukan
yang akan meneruskan ke Mekah dengan dalam dua kelompok. Kelompok pertama
dipimpin Nabi sendiri dan kelompok kedua di bawah komando Khalid bin Walid.
Mereka memasuki kota Mekah melalui dua jurusan.
Pasukan Islam berhasil masuk dan
menduduki kota Mekah. Setelah itu Nabi menugaskan Abu Sufyan untuk
membacakan pengumunan yang berisi sebagai berikut:
a. Barang siapa
yang masuk ke rumah Abu Sufyan akan terjamin keamanannya.
b. Barang siapa yang masuk Masjidil Haram
akan terjamin keamanannya
c. Barang siapa
yang menutup rumahnya akan terjamin keamanannya
Setelah Abu Sufyan membacakan
pengumuman, orang Quraisy mengikutinya. Nabi Muhammad saw kemudian terus
memasuki kota Mekah dengan aman tanpa ada pertumpahan darah. Beliau beserta
pasukan Islam terus menuju Ka’bah.Nabi Muhammad menerima dengan tangan terbuka,
orang-orang yang mau masuk Islam dan memaafkan segala kesalahan mereka di masa
lalu.
Kota Mekah mulai terasa aman dan
umat Islam semakin bertambah banyak, mereka hidup dalam persatuan dan kesatuan,
diliputi oleh rasa persaudaraan dan kasih sayang.
Berdasarkan sejarah perjuangan nabi dan para sahabat
di atas dapat dijadikan suri teladan diantaranya adalah:
a. Perjuangan
dilandasi rasa ikhlas karena Allah swt. Sehingga dalam menghadapi masalah dapat
teguh hati dan tabah.
b. Perjuangan
membutuhkan strategi,Ketika menghadapi persoalan pelik, tidak harus melawan
saat itu juga, kita dapat memakai strategi menghindar terlebih dulu untuk
menyusun langkah yang lebih membawa hasil, sebagaimana Nabi melakukan hijrah.
c. Perjuangan
dilandasi rasa kasih sayang, persaudaraan dan persatuan sehingga dalam
menghadapi masalah tidak harus memakai kekerasan.
d. Perjuangan
harus diatur oleh seorang pemimpin yang dipercaya dan ditaati sehingga hasil
yang dicapai dapat gemilang.
F. Manfaat
dari dakwah nabi muhammad saw .di mekah
1. Menyadari bahwa
melalui kesabaran dan keuletan dalam berjuang menegakkan agama Allah pasti akan
mendapat pertolongan Allah swt.
2. Memahami bahwa
tugas seseorang rasul hanya sekadar menyampaikan risalah dari Allah swt.
Seorang rasul tidak bisa memberi petunjuk (hidayah), bahkan kepada
keluarga atau orang yang sangat dicintainya.
3. Memahami bahwa
Allah swt. pasti akan menguji seseorang yang akan terpilih menjadi utusan atau
rasul-Nya (QS Al Hajj: 75 dan Al Baqarah: 214).
4. Memahami bahwa
Nabi Muhammad saw. sangat bijaksana, pandai menggunakan kesempatan yang
berharga, dapat menarik perhatian orang tanpa menimbulkan kebosanan (QS An
Nahl: 125).
5. Meneladani Nabi
Muhammad saw. yang bergelar uswatun hasanah. Artinya, Tingkah laku dan
amal perbuatan Rasulullah saw. sehari-hari adalah teladan yang baik, terutama
terhadap ajaran Islam yang didakwahkannya.
6. Melalui dakwah
Rasulullah saw., umat manusia, khususnya umat Islam mendapatkan informasi
mengenai agama yang diridai Allah.
7. Melalui dakwah
Islam, Rasulullah saw. memberikan pemahaman tentang hak dan persamaan derajat
antara kaum perempuan dan laki-laki.
8. Islam
menegakkan ajaran persamaan derajat di antara manusia dan pemberantas
perbudakan.
9. Melalui
penghapusan perbudakan, maka siapapun manusia status derajatnya di mata Allah
adalah sama.
10. ketabahan dan keteguhan hati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar