Minggu, 08 November 2015

SEJARAH DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW (PERIODE MEKAH)



SEJARAH DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW (PERIODE MEKAH)
A.Sejarah nabi muhammad (periode mekah)

Satu-satunya rasul Allah yang diutus untuk semua ras dan golongan adalah nabi Muhammad saw. Karena itu ajarannya sangat universal; tidak hanya tentang ibadah dan keakhiratan, namun juga urusan-urusan duniawi yang mencakup semua sisi kehidupan manusia, mulai dari masalah makan hingga urusan kenegaraan. Namun demikian, masih banyak orang yang buta terhadap pribadi dan kehidupan beliau. Akibatnya, mereka terhalang untuk melihat dan merasakan kebenaran yang dibawanya.
Kelahiran Muhamad SAW
Nabi Muhammad saw lahir di Makkah pada hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awwal tahun Gajah dalam keadaan yatim.
Penamaan tahun Gajah berkaitan dengan peristiwa pasukan Gajah yang dipimpin oleh Abrahah, Gubernur Yaman yang ingin menghancurkan Ka’bah. Namun sebelum sampai ke kota Makkah, mereka diserang oleh pasukan burung yang membawa batu-batu kerikil panas (lihat QS Al-Fil: 1-5).
Kelahiran Nabi Muhammad Saw bertepatan dengan tanggal 20 April 571 Masehi
Sekitar tahun 570 M, Mekah adalah sebuah kota yang sangat penting dan terkenal di antara kota-kota di negeri Arab, baik karena tradisinya ataupun karena letaknya. Kota ini dilalui jalur perdagangan yang ramai menghubungkan Yaman di Selatan dan Syiria di Utara. Dengan adanya Ka’bah di tengah kota, Mekah menjadi pusat keagamaan Arab. Di dalamnya terdapat 360 berhala, mengelilingi berhala utama, Hubal. Mekah kelihatan makmur dan kuat. Agama dan masyarakat Arab pada masa itu mencerminkan realitas kesukuan masyarakat jazirah Arab dengan luas satu juta mil persegi.
Nabi Muhammad dilahirkan dalam keluarga bani Hasyim di Mekah pada hari senin, tanggal 9 Rabi’ul Awwal, pada permulaan tahun dari Peristiwa Gajah. Maka tahun itu dikenal dengan Tahun Gajah. Dinamakan demikian karena pada tahun itu pasukan Abrahah, gubernur kerajaan Habsyi (Ethiopia), dengan menunggang gajah menyerang Kota Mekah untuk menghancurkan Ka’bah.  Bertepatan dengan tanggal 20 atau 22 bulan April tahun 571 M. Ini berdasarkan penelitian ulama terkenal, Muhammad Sulaiman Al-manshurfury dan peneliti astronomi, Mahmud Pasha.
Nabi Muhammad adalah anggota bani Hasyim, suatu kabilah yang kurang berkuasa dalam suku Quraisy. Kabilah ini memegang jabatan siqayah. Nabi Muhammad lahir dari keluarga terhormat yang relatif miskin. Ayahnya bernama Abdullah anak Abdul Muthalib, seorang kepala suku Quraisy yang besar pengaruhnya. Ibunya adalah Aminah binti Wahab dari bani Zuhrah. Muhammad SAW. Nabi terakhir ini dilahirkan dalam keadaan yatim karena ayahnya meninggal dunia tiga bulan setelah dia menikahi Aminah.

Ramalan tentang kedatangan atau kelahiran Nabi Muhammad dapat ditemukan dalam kitab-kitab suci terdahulu. Al-Qur’an dengan tegas menyatakan bahwa kelahiran Nabi Muhammad SAW telah diramalkan oleh setiap dan semua nabi terdahulu, yang melalui mereka perjanjian telah dibuat dengan umat mereka masing-masing bahwa mereka harus menerima atas kerasulan Muhammad SAW nanti.
Seperti dalam Qs. Ali ‘Imran ayat 81
“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: “Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa Kitab dan hikmah Kemudian datang kepadamu seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya”. Allah berfirman: “Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?” mereka menjawab: “Kami mengakui”. Allah berfirman: “Kalau begitu saksikanlah (hai para Nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu.
  • Masa Menyusui
Nabi Muhammad saw pertama kalinya disusui oleh ibunya Aminah dan Tsuwaibatul Aslamiyah. Namun itu hanya beberapa hari. Selanjutnya beliau disusui oleh Halimah As-Sa’diyah di perkampungan bani Sa’ad.
Nabi Muhammad saw tinggal bersama keluarga Halimah selama kurang lebih empat tahun. Di akhir masa pengasuhan keluarga Halimah ini terjadi pembedahan nabi Muhammad saw.
Masa Kanak-kanak Rosullallah
Tidak lama setelah kelahirannya, bayi Muhammad SAW diserahkan kepada Tsuwaibah, budak perempuan pamannya, Abu Lahab, yang pernah menyusui Hamzah. Meskipun diasuh olehnya hanya beberapa hari, nabi tetep menyimpan rasa kekeluargaan yang mendalam dan selalu menghormatinya. Nabi SAW selanjutnya dipercayakan kepada Halimah, seorang wanita badui dari Suku Bani Sa’ad. Bayi tersebut diasuhnya dengan hati-hati dan penuh kasih sayang, dan tumbuh menjadi anak yang sehat dan kekar. Pada usia lima tahun, nabi dikembalikan Halimah kepada tanggungjawab ibunya.
Sejumlah hadis menceritakan bahwa kehidupan Halimah dan keluarganya banyak dianugrahi nasib baik terus-menerus ketika Muhammad SAW kecil hidup dibawah asuhannya. Halimah menyayangi baginda rasul seperti menyayangi anak sendiri, penuh kasih saying dan cinta, namun karena banyak kejadian yang luar biasa sehingga takut akan terjadi hal-hal yang tidak baik sehingga dikembalikanlah Rasul SAW Kepada keluarga beliau.
Muhammad SAW kira-kira berusia enam tahun, dimana tatkala asik bermain-main dengan teman-teman beliau, teman-teman beliau gembira saat ayah-ayah mereka pulang, namun Rasulullah pulang dengan tangisan menemui ibunda beliau, seraya berkata wahai ibunda mana ayah? ibunda beliau terharu tampa jawaban yang pasti, sehingga dalam ketidakmampuan atas jawaban tersebut, hingga suatu ketika ibunda beliau mengajak baginda Nabi SAW pergi kekota tempat ayah beliau dimakamkan.
Sekembalinya dari pencarian Makan suami tercinta ibu Rasul tercinta jatuh sakit dan meninggal dalam perjalanan pulang, dengan duka cita yang mendalam dan pulang bersama seorang pembantu nabi.
Sekembalinya pulang sebagai anak yatim piatu maka beliau diasuh oleh kakeknya, Abdul muthalib. Namun dua tahun kemudian, kakeknyapun yang berumur 82 tahun, juga meninggal dunia. Maka pada usia delapan tahun itu, nabi ada di bawah tanggung jawab pamannya abi thalib.
PadaUsia 8 tahun, seperti kebanyakan anak muda seumurannya, nabi memelihara kambing di mekkah dan mengembalakan di bukit dan lembah sekitarnya. Pekerjaan pengembala sekawanan domba ini cocok bagi perangai orang yang bijaksana dan perenung seperti Muhammad SAW muda, ketika beliau memperhatikan segerombolan domba, perhatiannya akan tergerak oleh tanda-tanda kekuatan gaib yang tersebar di sekelilingnya.
  • Masa Remaja
Diriwayatkan bahwa ketika berusia dua belas tahun, Muhammad SAW menyertai pamannya, Abu Thalib, dalam berdagang menuju Suriah, tempat kemudian beliau berjumpa dengan seorang pendeta, yang dalam berbagai riwayat disebutkan bernama Bahira. Meskipun beliau merupakan satu-satunya nabi dalam sejarah yang kisah hidupnya dikenal luas, masa-masa awal kehidupan Muhammad SAW tidak banyak diketahui.
Muhammad SAW, besar bersama kehidupan suku Quraisy Mekah, dan hari-hari yang dilaluinya penuh dengan pengalaman yang sangat berharga. Dengan kelembutan, kehalusan budi dan kejujuran beliau maka orang Quraisy Mekkah memberi gelar kepada beliau dengan Al-Amin yang artinya orang yang dapat dipercaya.
Pada usia 30 tahunan, Muhammad SAW sebagai tanda kecerdasan dan bijaksanya beliau, Nabi SAW mampu mendamaikan perselisihan kecil yang muncul di tengah-tengah suku Quraisy yang sedang melakukan renovasi Ka’bah.
Mereka mempersoalkan siapa yang paling berhak menempatkan posisi Hajar Aswad di Ka’bah.
Beliau membagi tugas kepada mereka dengan teknik dan strategi yang sangat adil dan melegakan hati mereka
Pernikahan Nabi Muhammad Saw
Pada masa mudanya, beliau telah menjadi pengusaha sukses dan hidup berkecukupan dari hasil usahanya  . Pada usia yang ke-25 tahun, Muhammad saw menikah dengan Khadijah binti Khuwailid, seorang janda kaya berusia 40 tahun. Pernikahan ini diawali dengan lamaran Khadijah kepada Muhammad saw setelah melihat dan mendengar kelebihan-kelebihan dan akhlaknya.


Isteri-isteri Rasulullah Muhammad Saw
Adapun Isteri-isteri Muhammad SAW berjumlah 11 Orang, Yaitu :
  1. Khadijah binti Khuwailid
  2. Saudah binti Jam’ah
  3. Aisyah Binti Abu Bakar ra
  4. Hafshah binti Umar ra
  5. Hindun Ummu Salamah binti Abu Umayyah
  6. Ramlah Ummu Habibah binti Abu Sofyan
  7. Zainab binti jahsyin
  8. Zainab binti Khuzaimah
  9. Maimunah binti Al-Harts Al-Haliyah
  10. Juwairiyah binti Al-Haarits
  11. Sofiyah binti Huyay
Nabi Muhammad menikahi mereka semua setelah Khadijah meninggal dunia. Dan mereka semua beliau nikahi dalam keadaan janda, kecuali Aisyah ra.
Jika dilihat dari faktor tiap pernikahan beliau, semuanya mempunyai hubungan yang kuat dengan dakwah dan ajaran Islam yang dibawanya.
Dari 11 isteri Nabi SAW ini yang wafat saat Nabi SAW masih hidup adalah 2 orang yaitu Khadijah dan Zainab binti Khuzaimah, sedangkan isteri Nabi yang 9 orang masih hidup saat Nabi SAW Wafat. Istri Nabi SAW yang tersebut disebut dengan Ummul Mu’minin artinya ibu orang-orang beriman. Mereka banyak menolong penyebaran agama islam di kalangan kaum ibu.
Nabi Muhammad SAW mempunyai 7 orang anak, 3 laki-laki dan 4 perempuan yaitu :
  1. Qasim
  2. Abdullah
  3. Zainab
  4. Fatimah
  5. Ummu Kalsum
  6. Rukayyah
  7. Ibrahim
Ibu anak-anak Nabi SAW itu semuanya dari isteri nabi Khadijah, kecuali Ibrahim, yang ibu mariyatul qibtiyyah ( seorang hamba perempuan yang dihadiahkan oleh seorang pembesar mesir kepada Nabi SAW, anak-anak Nabi SAW tersebut Wafat pada saat Nabi SAW masih hidup, kecuali Fatimah yang wafat beberapa bulan setelah Nabi SAW wafat.
Diriwayatkan tatkala Nabi SAW akan wafat beliau membisikkan kepada Fatimah ra, bahwa beliau akan berpulang ke hadirat Allah, dan mendengar itu Fatimah menangis dengan sedih, dan beberapa saat setelah itu Nabi SAW membisikan lagi sesuatu kepada Fatimah ra, mendengar bisikan yang kedua ini Fatimah ra tersenyum, ternyata bisikan bahwa dikabarkan bahwa setelah Nabi SAW wafat tidak ada orang yang pertama meninggal kecuali Fatimah ra, sungguh mulia Fatimah tersenyum walau mendengar kabar yang tentang wafat nya diri beliau, tapi semua tertutup karena cinta yang mendalam kepada sang ayah tercinta.
Nama dan Gelar Nabi Muhammad Saw
Di dalam HR Bukhari dan Muslim disebutkan nama dan gelar Nabi Muhammad SAW, antara lain :
– Ahmad
– Al-Mahi
– Al-Hasyir
– Al-‘Aqib
– Muqaffi
– Nabiyyuttaubah
– Nabiyyurrahmah.

B. Cara dakwah nabi muhammad
1.     Dakwah sembunyi sembunyi

Rasulullah saw mendakwakan agama Allah dengan dua cara, yaitu: fase pertama secara sembunyi-sembunyi dan fase kedua dengan cara terang-terangan. Kali ini islamnyamuslim akan membahas dakwah Rasulullah saw secara sembunyi-sembunyi.

Rasulullah saw menjadikan kota Makkah sebagai tolak ukur untuk memulai aktifitasnya. Pada awalnya, Rasulullah saw melakukan metode dakwah sirriyah (sembunyi-sembunyi), berlangsung selama tiga tahun pertama beliau memulai dakwanya. Hal tersebut mengingat keadaan Rasulullah saw yang masih lemah dan belum memiliki pengikut, meskipun ia berasal dari keluarga yang memiliki latar belakang yang disegani dan dihormati.

Lapisan yang paling pertama beliah seru tentu saja keluarga dan kenalan dekat beliau. Itu pun hanya mereka yang memperlihatkan tanda-tanda kebaikan yang ada pada dirinya.

Usaha beliau tidak sia-sia. Pada hari-hari pertama beliau berdakwah telah terkumpul sejumlah orang yang menerima dakwah dengan penuh keyakinan dan penghormatan terhadap Rasulullah saw. Merekalah dalam secara yang terkenal sebagai as-Saabiquunal Awwalun (Generasi Pertama yang Menerima Islam)

Orang terdepan dari kelompok ini ialah istri Rasulullah saw sendiri; Ummul Mu`minun; Khadijah binti Khuwailid, kemudian budaknya: Zaid bin Haritsah, lalu sepupunya; Ali bin Abi Thalib yang saat itu masih belia dan diasuh oleh Nabi Muhammad saw.
Advertisement

Kemudia sahabat dekat beliau, Abu Bakar as-Shiddiq.

Abu Bakar as-Shiddiq R.A setelah masuk islam turut serta berdakwah. Berkat usaha dan posisinya sebagai orang terhormat dalam kaum Quraisy, dakwanya cepat memberikan hasil baik.

Tak berapa lama kemudian, tercatatlah sejumlah orang yang masuk islam berkat dakwah beliau, di antaranya: Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa`ad bin Abi Waqqas, Thalhah bin Ubaidillah. Mereka juga termasuk generasi pertama dan kalangan yang banyak berperan dalam dakwah Rasulullah saw.

Kemudian satu persatu masyarakat Quraisy masuk islam, seperti Bilal bin Rabah, Abu Ubaidah Amir bin Jarrah, Abu Salamah bin Abd al-Asad, Arqam bin Abi Arqam, Utsman bin Madz`un, Fatimah binti Khatthab, Khabbab bin` Art, Abudullah bin Mas’ud dan lainnya.

Mereka semua masuk islam secara sembunyi-sembunyi, karena Rasulullah saw menyampaikan dakwanya secara individu dan rahasia.

Sementara itu wahyu terus diturunkan, umumnya pendek-pendek, namun memiliki tekanan kuat untuk membersihkan hati dari berbagai kotoran duniawi, sangat sesuai dengan kondisi saat itu yang membutuhkan kelembutan hati dan jiwa. Wahyu yang turun saat itu banyak menggambarkan tentang keadaan syurga dan neraka. Sehingga muncul kerinduan terhadap syurga dan ketakutan terhadap neraka.

Lama kelamaan muncullah keteguhan hati yang kuat di antara mereka yang melahirkan Ukhuwwah dan tolong menolong. Ibadah saat itu yang sudah mereka lakukan ialah shalat. Namun, karena pada waktu itu belum ada perintah shalat lima waktu, mereka hanya shalat dua rakaat setiap pagi dan petang. Hal ini sesuai dengan perintah Allah swt yang tertuang dalam al-Qur an surat al-Mu`minun: 55.

نَ أَنَّما نُمِدُّهُمْ بِهِ مِنْ مالٍ وَ بَنينَ َ
 Artinya:” Apakah mereka menyangka bahwa apa yang Kami ulurkan kepada mereka, baik harta
atau pun anak keturunan.




2.    Dakwah terang terangan
Setelah tiga tahun berlalu, dan melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi, maka Rasulullah ingin menyebarkan/ menyampaikan secara terang-terangan. Sebelum Rasulullah berdakwah secara terang-terangan, Rasulullah menjamu makan malam sederhana kepada kaum Bani Hasyim (keluarga besar Rasulullah). Dalam acara tersebut Rasulullah mengajak kabilah Bani Hasyim untuk mengikuti langkah atau ajaran Islam. Hasil yang didapatkan adalah mereka tidak menggubris ajakan Rasulullah, bahkan meninggalkan tempat jamuan sebelum acara tersebut berakhir.
Di lain waktu, acara jamuan tersebut diadakan kembali. Kali ini para tamu undangan mulai mendengarkan perkataan Rasulullah. Namun, tak satupun dari mereka yang meresponnya secara positif. Hal tersebut tidak membuat Rasulullah dan para sahabatnya patah arah, tetapi membuat Rasulullah dan para sahabatnya semangat dan dakwahnya semakin diperlebar. Hingga suatu ketika Rasulullah mengadakan pidato terbuka di bukit Sofa. Pidato tersebut berisi perihal kerasulannya. Rasulullah memanggil seluruh penduduk Makkah dan mengabarkan kepada mereka bahwa dirinya diutus untuk mengajak mereka meninggalkan “Paganisme” (Penyembahan terhadap berhala). Beliau menjelaskan bahwa Tuhan yang wajib disembah hanyalah Allah. Mendengar hal tersebut masyarakat Quraisy tersentak kaget, mereka sangat marah karena hal tersebut dan menghina tradisi nenek moyang dan kehormatan mereka. Para pembesar Quraisy membentak dan memaki Rasulullah dengan keras. Mereka menganggap bahwa Muhammad adalah orang gila. Bahkan pamannya sendiri Abu Lahal pun mengancam Rasulullah dengan keras.
Seiring berjalannya waktu, dakwah secara terang-terangan terus dilakukan.
Bersamaan dengan itu pula, perlawanan dari kalangan pembesar Quraisy seperti Abu Sofyan, Abu Lahab, Ummayah, dan Utbah bin Rabi’ah semakin gencar. Para penentang tersebut mulai melancarkan aksi permusuhan kepada Rasulullah dan para sahabat. Para pengikut yang berasal dari kalangan lemah dan tertindas sering mendapatkan siksaan yang berat. Mereka tidak lagi memandang bahwa Muhammad adalah anggota kabilah Bani Hasyim, hanya saja tekanan-tekanan terhadap Rasulullah tidak mereka lakukan secara langsung, karena mereka masih menghargai Abu Thalib dan para anggota Bani Hasyim lainnya.
Setelah mendapatkan siksaan yang bertubi-tubi dari kaum Bani Hasyim, maka kaum muslimin hijrah ke Abesinia (Ethiopia). Hijrah kaum muslim tersebut terbagi menjadi dua gelombang. Gelombang pertama berjumlah 11 orang pria dan 4 wanita. Mereka kembali ke Makkah justru Quraisy menyiksa kaum muslimin lagi. Ternyata sesampainya di Makkah justru Quraisy menyiksa kaum muslimin lebih kejam dari yang sebelumnya.
Oleh karena itu, maka kaum muslimin berhijrah kembali untuk yang kedua kalinya ke abesinia dengan rombongan yang lebih besar, yakni orang pria tanpa wanita. Mayoritas penduduk Abesinia beragam nasrani (kristen) dan dipimpin oleh Raja Najasi Negus. Para masyarakat Abesinia menghormati kaum muslim untuk tinggal di sana sampai setelah Nabi hijrah ke Madinah.
Dalil yg menjelaskannya adalah:
1. يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ
Artinya : “Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia” (QS. Al Maidah ; 67)
2. فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ وَانْتَظِرْ إِنَّهُمْ مُنْتَظِرُونَ
“Maka berpalinglah kamu dari mereka dan tunggulah, sesungguhnya mereka (juga)menunggu” (QS. As-Sajdah ; 30), dan firman-Nya
فَأَعْرِضْ عَنْ مَنْ تَوَلَّى عَنْ ذِكْرِنَا وَلَمْ يُرِدْ إِلا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا
“Maka berpalinglah (Hai Muhammad) dari orang-orang yang berpaling dari peringatan Kami dan tidak mengingini kecuali kehidupan dunia” (QS. An-Najm ; 29), dan masih banyak lagi ayat-ayat lainnya.[4]






C.                    Orang orang yg pertama kali masuk islam
As-Sabiqun al-Awwalun (Arab: السَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ) adalah orang-orang terdahulu yang pertama kali masuk/ memeluk Islam. Mereka adalah dari golongan kaum Muhajirin dan Anshar,[1] mereka semua sewaktu masuk Islam berada di kota Mekkah, sekitar tahun 610 Masehi pada abad ke-7.[2] Pada masa penyebaran Islam awal, para sahabat nabi di mana jumlahnya sangat sedikit dan golongan as-sabiqun al-awwalun yang rata-ratanya adalah orang miskin dan lemah.
Yang termasuk as-sabiqun al-awwalun adalah sebagai berikut:

Khadijah, Zaid bin Haritsah, Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar Al-Shiddiq, Ummu Aiman, dan Bilal bin Rabah, merekalah orang yang pertama kalinya mengucap kalimat dua syahadat, lalu menyebar ke yang lainnya. Kesemuanya berasal dari kabilah Quraisy, kecuali Bilal bin Rabah.
Daftar di atas tersebut, tidaklah sesuai dengan kronologis urutan sejarah aslinya, dikarenakan penyebaran Islam ini awalnya secara rahasia, maka terlalu sulit untuk mencari siapa saja yang terlebih dahulu memeluk Islam, setelah lima besar pemeluk Islam.
Hadist yg menjelaskannya adalah:
Imam Bukhari di dalam kitab shahihnya telah meriwayatkan sebuah hadits dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'Anhu, dari Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam bahwa beliau berkata:
"Ditampakkan beberapa umat kepadaku, maka ada seorang nabi atau dua orang nabi yang berjalan dengan diikuti oleh antara 3-9 orang. Ada pula seorang nabi yang tidak punya pengikut seorangpun, sampai ditampakkan kepadaku sejumlah besar. Aku pun bertanya apakah ini? Apakah ini ummatku? Maka ada yang menjawab: 'Ini adalah Musa dan kaumnya,' lalu dikatakan, 'Perhatikanlah ke ufuk.' Maka tiba-tiba ada sejumlah besar manusia memenuhi ufuk kemudian dikatakan kepadaku, 'Lihatlah ke sana dan ke sana di ufuk langit.' Maka tiba-tiba ada sejumlah orang telah memenuhi ufuk. Ada yang berkata, 'Inilah ummatmu, di antara mereka akan ada yang akan masuk surga tanpa hisab sejumlah 70.000 orang. Kemudian Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam masuk tanpa menjelaskan hal itu kepada para shahabat. Maka para shahabat pun membicarakan tentang 70.000 orang itu. Mereka berkata, 'Kita orang-orang yang beriman kepada Allah dan mengikuti rasul-Nya maka kitalah mereka itu atau anak-anak kita yang dilahirkan dalam Islam, sedangkan kita dilahirkan di masa jahiliyah.' Maka sampailah hal itu kepada Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam, lalu beliau keluar dan berkata, 'mereka adalah orang yang tidak minta diruqyah (dimanterai), tidak meramal nasib dan tidak mita di-kai, dan hanya kepada Allahlah mereka bertawakkal." [HR. Bukhari 8270]
D.                   Misi dkwah nabi muhammad saw
Nabi Muhammad saw adalah Rasul pilihan pembawa risalah Islam, beliau adalah khotamul anbiya’ wal mursalin di muka bumi. Rasulullah saw memiliki pribadi yang mulia dan akhlak yang terpuji. Oleh karena itulah beliau merupakan uswatun hasanah bagi umat manusia.
A.  Misi Nabi Muhammad saw  untuk  Membangun Manusia Mulia
Pada tanggal 17 Ramadhan/ 6 Agustus 611, datanglah malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad yang sedang berkhalwat di gua Hira. Malaikat Jibril membawa wahyu Allah swt yang pertama yaitu Q.S. Al Alaq ayat 1-5
Artinya; “ (1). Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, (2). Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.(3). Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,(4). Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, (5). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Q.S.:  (Al Alaq [96]: 1-5)
Ayat ini menandai pengangkatan  Muhammad sebagai Rasul Allah. Setelah menerima risalah kenabian, Nabi Muhammad mulai mengajarkan ajaran Islam di tengah-tengah kesesatan masyarakat Arab jahiliyah.
Nabi berdakwah dalam masyarakat yang tidak beradab diliputi kebodohan (jahiliyah) sebab dalam masyarakat itu tidak mengenal aturan yang mencerminkan keluhuran budi pekerti atau ajaran yang merfleksikan perlindungan terhadap kemanusiaan. Sebaliknya, yang berlaku adalah hukum dan budaya layaknya orang primitif. Masyarakat jahiliah pada masa itu mengukur kemuliaan manusia dengan melihat sejauhmana kekuatan dan kekayaan meskipun keduanya didapat dengan cara yang dhalim dan tidak manusiawi tetapi kemudian Islam datang dan Nabi Muhammad secara perlahan memberi pengertian dan memperbaiki akhlaq mereka sebagaimana sabda beliau:
E.       اِنِّمَا بُعِثْتُ لاُتمِّمَ مَكاَرِمَ الاخْلاق
Artinya: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk memperbaiki akhlak manusia”.
Nabi memberi contoh bagaimana cara berbicara, bertindak dan berfikir. Nabi juga memberi contoh bagaimana cara bergaul yang baik, bagaimana cara berdagang yang benar dan bagaimana seharusnya bermasyarakat.
Nabi Muhammad sebagai pembawa risalah  ajaran Islam telah merubah visi dan adat orang Arab menuju ketauhidan, kemanusiaan dan keluhuran akhlak mulia. Di antara keberhasilan Nabi adalah merubah perilaku orang  jahiliyah menjadi orang beradab, diantaranya ialah budaya menyudutkan wanita. Kemudian Nabi mengangkat derajat wanita dengan mengatakan bahwa laki-laki mempunyai kewajiban untuk melindungi. Begitu juga Islam telah menghilangkan kebiasaan membunuh anak perempuan karena dianggap tidak mempunyai masa depan.
Lambat laun keadaan masyarakat Arab berubah total menjadi masyarakat yang memiliki ketinggian akhlak, maka bangsa Arab yang semula terbelakang menjadi sebuah kekuatan baru sehingga dapat mengalahkan kekuatan Romawi dan Persi.
B.       Misi Nabi Muhammad sebagai pembawa Kedamaian
Islam adalah agama yang sangat menganjurkan agar hidup penuh dengan kedamaian, oleh karena itu Islam memberi ketentuan  yang jelas sekiranya terjadi pertentangan antara individu, masyarakat atau dunia secara keseluruhan. Dalam menghadapi pertentangan Islam memberi alternatif yang tepat dan berkesan, ialah dengan cara berdamai, firman  Allah di dalam al Qur’an surat Al Anfal ayat 61
Artinya: Dan jika mereka condong kepada perdamaian, Maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui.  Q.S. : (Al Anfal [8]: 61)
Atas dasar firman Allah di atas jelaslah bahwa perdamaian adalah cara yang baik dan diajarkan Islam.Islam adalah agama cinta damai. Oleh karena itu pandangan yang menyatakan Islam adalah agama yang suka perang dan umatnya sebagai teroris adalah pandangan yang tidak mendasar.
Nabi pada saat haji Wada’ berwasiat dua hal yaitu agar umat Islam memberi makan orang miskin, ini menunjukkan bahwa Nabi mengajarkan bahwa tugas utama umat Islam adalah menciptakan kesejahteraan, sehingga kenutuhan lahiriah seperti pakaian, rumah dan makanan akan terpenuhi. Kedua Nabi berpesan agar umat Islam menebar salam perdamaian. Ini bertujuan agar umat Islam senantiasa menebarkan perdamaian di muka bumi.
 Dapat dikatakan bahwa akhlak Islam adalah perdamaian. Untuk itu Nabi mengajarkan kepada kita untuk menghidupkan persaudaraan atau silaturrahmi. Oleh karena itu umat Islam hakekatnya adalah umat yang dapat menjalin persaudaraan, ia harus pandai bergaul, mencari kawan dan berkomunikasi dengan semua orang. Sebab dalam pandangan Islam semua manusia itu sama.
Untuk memperbanyak persahabatan dan menjalin persaudaraan maka Nabi mengajarkan beberapa sifat antara lain:
1.    Saling menghormati
Sikap menghormati sangat penting dalam menjalin persaudaraan, sebab akan melahirkan penghormatan pula. Dikisahkan pada suatu hari Nabi Muhammad saw mengadakan majelis, majelis tersebut ramai didatangi sahabat, tiba-tiba ada salah seorang sahabat nabi terlambat datang, sahabat tersebut tidak mendapat tempat duduk, karena semua tempat telah terisi, melihat keadaan tersebut Nabi menyerahkan sorbannya kepada sahabat yang terlambat datang untuk dijadikan alas duduk.
2.    Bersedia memberi bantuan
Jika ingin menjalin persaudaraan, maka kita harus bersedia memberi bantuan, orang yang bersedia memberi bantuan maka akan dijadikan sebagai sahabat bagi orang yang mendapat bantuan.Adapun bantuan itu tergantung keperluannya, dapat berupa tenaga, pikiran maupun harta benda. Nabi bersabda, “ Orang yang dermawan  (bersedia menolong orang lain) itu akan dekat dengan Allah, dekat dengan manusia, sedangkan orang yang bakhil, ia akan jauh dengan Allah dan dekat dengan neraka.”
3.    Menebarkan kasih sayang.
Islam yang disebarkan nabi Muhammad saw adalah agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam. Oleh karena itu Nabi mengajarkan kepada seluruh umat manusia untuk bersikap lemah lembut dan mengasih semua makhluk, bahkan Nabi bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang menyakitinya.
Sifat kasih sayang dapat memberikan dampak yang luar biasa, kasih sayang dapat menggetarkan hati yang keras, meruntuhkan keangkuhan dan kesombongan.
Nabi berhasil menundukkan orang kafir Quraisy bukan dengan harta, kekuatan atau kekerasan, namun Nabi berhasil mengubah keyakinan dan perilaku jahiliyah mereka dengan rasa kasih sayang. Rasa kasih sayang itulah yang senantiasa beliau tunjukkan terhadap keluarga, sahabat, umat dan musuh-musuhnya.
Dengan demikian  maka jelaslah bahwa Nabi Muhammad saw merupakan sumber rahmat kepada kehidupan seluruh umat manusia untuk menuju pada terwujudnya keadaan cinta damai di permukaan bumi ini. Sebagai umat Nabi Muhammad hendaknya kita menyadari bahwaNabi adalah pembawa ajaran yang penuh nuansa perdamaian. Dengan bekal kedamaian maka akan terbentuk umat Islam yang maju dan sejahtera.
C.   Perjuangan Nabi Muhammad saw dan Para Sahabat dalam Menghadapi Masyarakat Mekah
Pada awalnya, perjuangan dakwah Nabi di Makkah dilakukan secara sembunyi-sembunyi mengingat jumlah pemeluk Islam masih sedikit. Setelah berangsur-angsur jumlah pemeluk Islam bertambah, dakwah dilakukan secara terang-terangan. Rasulullah bersama para sahabat menyampaikan risalah Islam kepada masyarakat Makkah, sebagian di antara mereka mengikuti jejak Nabi dan para shahabatnya memeluk Islam, namun sebagian lain mengambil jalan menentang perjuangan Nabi.
Berikut ini adalah perjuangan Nabi dan para sahabat mengahadapi masyarakat Mekah ketika Nabi Muhammad belum melakukan hijrah maupun setelah hijrah ke Madinah.
1.    Perjuangan Nabi Muhammad menghadapi masyarakat Mekah sebelum Hijrah
Semakin lama, dakwah Rasulullah semakin hebat. Melihat gerakan Islam yang  bertambah berani dan mendengar berhala-berhala pujaan mereka dihina maka bangkitlah kemarahan  kaum Quraisy. Mulailah mereka melancarkan permusuhan kepada nabi Muhammad dan pengikut-pengikutnya. Para pemimpin Quraisy semakin membenci nabi karena banyak tokoh Quraisy yang mengikuti ajaran Islam. Mereka berusaha keras menghentikan dakwah nabi dengan berbagai cara sehingga Nabi dan pengikutnya  semakin mengalami rintangan, kesulitan dan penderitaan yang hebat. Para pemimpin Quraisy menghalangi dakwah Nabi dengan berbagai cara antara lain:
a.    Mengejar dan menganiaya Nabi serta pengikutnya.
b.    Menyiksa dan membunuh pengikut Nabi
c.     Memboikot perdagangan dan pergaulan.
d.    Membujuk Nabi dengan harta, tahta dan wanita.
Sekalipun tekanan dan rintangan semakin sering dilancarkan kaum Quraisy , namun dengan keteguhan iman, ketabahan hati dan keluhuran budi,  Nabi Muhammad dan umat Islam tidak pernah goyah.Sehingga pada puncaknya orang Quraisy memutuskan untuk membunuh Nabi dan menganiaya sahabat-sahabatnya. Untuk melindungi para pengikutnya, Nabi memerintahkan sebagian orang Islam berhijrah ke negeri lain. Kemudian merekapun hijrah ke Madinah.
2.    Perjuangan Nabi Muhammad menghadapi masyarakat Mekah setelah hijrah ke Madinah.
Ancaman kaum Quraisy untuk membunuh Nabi Muhammad tidak main-main. Mereka mengepung rumah Nabi dengan pasukan yang amat banyak, namun beliau berhasil menyelamatkan diri.
Rasulullah bersembunyi di gua Tsur selama tiga malam dengan ditemani oleh Abu Bakar  kemudian melakukan perjalanan hijrah. Pada hari Jumat 12 Rabiul Awwal/24 September 622 M Nabi dan kaum Muhajirin (orang-orang yang hijrah) tiba di Yasrib(Madinah) dan disambut gembira masyarakat Madinah yang disebut sebagai kaum Anshar(penolong).
Ketika di Madinah Nabi berjuang membebaskan kota Mekah dari tangan kaum Quraisy. Ketika melakukan perjalanan ke Mekah, pasukan Islam menangkap 3 orang Quraisy diantaranya adalah Abu Sufyan, kemudian Abu Sufyan menyatakan diri masuk Islam. Nabi mengabulkan permintaan Abu Sufyan untuk kembali ke Mekah.
Selanjutnya Nabi mengatur pasukan yang akan meneruskan ke Mekah dengan dalam dua kelompok. Kelompok pertama dipimpin Nabi sendiri dan kelompok kedua di bawah komando Khalid bin Walid. Mereka memasuki kota Mekah melalui dua jurusan.
Pasukan Islam berhasil masuk dan menduduki kota Mekah. Setelah itu  Nabi menugaskan Abu Sufyan untuk membacakan pengumunan yang berisi sebagai berikut:
a.    Barang siapa yang masuk ke rumah Abu Sufyan akan terjamin keamanannya.
                          b.    Barang siapa yang masuk Masjidil Haram akan terjamin keamanannya
c.    Barang siapa yang menutup rumahnya akan terjamin keamanannya
Setelah Abu Sufyan membacakan pengumuman, orang Quraisy mengikutinya. Nabi Muhammad saw  kemudian terus memasuki kota Mekah dengan aman tanpa ada pertumpahan darah. Beliau beserta pasukan Islam terus menuju Ka’bah.Nabi Muhammad menerima dengan tangan terbuka, orang-orang yang mau masuk Islam dan memaafkan segala kesalahan mereka di masa lalu.
Kota Mekah mulai terasa aman dan umat Islam semakin bertambah banyak, mereka hidup dalam persatuan dan kesatuan, diliputi oleh rasa persaudaraan dan kasih sayang.
Berdasarkan sejarah perjuangan nabi dan para sahabat di atas dapat dijadikan suri teladan diantaranya adalah:
a.    Perjuangan dilandasi rasa ikhlas karena Allah swt. Sehingga dalam menghadapi masalah dapat teguh hati dan tabah.
b.    Perjuangan membutuhkan strategi,Ketika menghadapi persoalan pelik, tidak harus melawan saat itu juga, kita dapat memakai strategi menghindar terlebih dulu untuk menyusun langkah yang lebih membawa hasil, sebagaimana Nabi melakukan hijrah.
c.    Perjuangan dilandasi rasa kasih sayang, persaudaraan dan persatuan sehingga dalam menghadapi masalah tidak harus memakai kekerasan.
d.    Perjuangan harus diatur oleh seorang pemimpin yang dipercaya dan ditaati sehingga hasil yang dicapai dapat gemilang.


F.      Manfaat dari dakwah nabi muhammad saw .di mekah
 1.      Menyadari bahwa melalui kesabaran dan keuletan dalam berjuang menegakkan agama Allah pasti akan mendapat pertolongan Allah swt.
2.      Memahami bahwa tugas seseorang rasul hanya sekadar menyampaikan risalah dari Allah swt. Seorang rasul tidak bisa memberi petunjuk  (hidayah), bahkan kepada keluarga atau orang yang sangat dicintainya.
3.      Memahami bahwa Allah swt. pasti akan menguji seseorang yang akan terpilih menjadi utusan atau rasul-Nya (QS Al Hajj: 75 dan Al Baqarah: 214).
4.      Memahami bahwa Nabi Muhammad saw. sangat bijaksana, pandai menggunakan kesempatan yang berharga, dapat menarik perhatian orang tanpa menimbulkan kebosanan (QS An Nahl: 125).
5.      Meneladani Nabi Muhammad saw. yang bergelar uswatun hasanah. Artinya, Tingkah laku dan amal perbuatan Rasulullah saw. sehari-hari adalah teladan yang baik, terutama terhadap ajaran Islam yang didakwahkannya.
6.      Melalui dakwah Rasulullah saw., umat manusia, khususnya umat Islam mendapatkan informasi mengenai agama yang diridai Allah.
7.      Melalui dakwah Islam, Rasulullah saw. memberikan pemahaman tentang hak dan persamaan derajat antara kaum perempuan dan laki-laki.
8.      Islam menegakkan ajaran persamaan derajat di antara manusia dan pemberantas perbudakan.
9.      Melalui penghapusan perbudakan, maka siapapun manusia status derajatnya di mata Allah adalah sama.
10. ketabahan dan keteguhan hati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar